Minggu, 16 Agustus 2009

RENCANA KESELAMATAN ALLAH

Katekismus Gereja Katolik

Kitab Suci mulai dengan penciptaan pria dan wanita menurut citra Allah dan berakhir dengan visiun “perjamuan kawin Anak Domba” (Why 19:7.9). Dari halaman pertama sampai halaman terakhir Kitab Suci berbicara tentang Perkawinan dan “misterinya”, tentang penetapan dan artinya, yang Allah berikan kepadanya, tentang asal dan tujuannya, tentang pelaksanaannya yang berbeda-beda dalam seluruh proses sejarah keselamatan, tentang kesulitan yang timbul dari dosa dan pembaharuan “dalam Tuhan” (1Kor 7:39) dalam Perjanjian Baru Kristus dan Gereja.

Para nabi melukiskan perjanjian Allah dengan Israel dengan gambar cinta perkawinan yang eksklusif dan setia, dan dengan demikian membawa keyakinan umat terpilih ke suatu pengertian yang lebih dalam mengenai ketunggalan dan ketakterceraian Perkawinan. Kitab Rut dan Tobit menampilkan contoh yang mengharukan mengenai pandangan mulia tentang Perkawinan, tentang persatuan yang setia dan mesra antara suami isteri. Tradisi selalu melihat di dalam Kidung Agung satu pernyataan bagus mengenai cinta manusiawi sebagai pancaran murni cinta Allah, satu cinta yang “kuat seperti maut” dan “juga air yang banyak … tidak dapat memadamkannya” (Kid 8:6-7).

Perjanjian perkawinan antara Allah dan umat-Nya Israel telah mempersiapkan perjanjian yang baru dan abadi. Dalam Perjanjian ini Putra Allah dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia dan dalam penyerahan hidup-Nya boleh dikatakan mempersatukan diri dengan seluruh umat manusia yang diselamatkan-Nya dan dengan demikian mempersiapkan “Perkawinan Anak Domba” (Why 19:7.9).

Pada awal hidup-Nya di muka umum Yesus melakukan - atas permohonan ibu-Nya - mukjizat yang pertama pada suatu pesta perkawinan. Gereja menganggap kehadiran Yesus pada pesta perkawinan di Kana itu suatu hal penting. Ia melihat di dalamnya suatu penegasan bahwa perkawinan adalah sesuatu yang baik, dan pernyataan bahwa mulai sekarang perkawinan adalah suatu tanda tentang kehadiran Kristus yang berdaya guna.

Seluruh kehidupan Kristen diwarnai cinta mempelai antara Kristus dan Gereja. Pembaptisan, langkah masuk ke dalam Umat Allah, sudah merupakan satu misteri mempelai; ia boleh dikatakan “permandian perkawinan”, yang mendahului perjamuan perkawinan, Ekaristi. Perkawinan Kristen menjadi tanda yang berdaya guna, Sakramen perjanjian antara Kristus dan Gereja. Karena ia menandakan dan membagikan rahmat-Nya, maka perkawinan antara mereka yang dibaptis adalah Sakramen Perjanjian Baru yang sebenarnya.(Dikutip dari: Yesaya.indocell.net)