Minggu, 22 Februari 2009

PERKAWINAN SUATU SAKRAMEN



Karena masih banyak orang kurang begitu paham apa arti “sakramen”, di bawah ini icantumkan sekedar penjelasan tentang arti sakramen dan apa artinya kalau umat Katolik menyebut perkawinan sebagai suatu sakramen.
Arti Sakramen

Untuk dapat memahami apa arti sakramen, baiklah kita berpangkal pada cerita “Tono dan Tini” berikut ini:
Tono sudah lama berpacaran dengan Tini dan mereka sudah merencanakan akan menikah. Tetapi pada suatu hari, Tono mendapat panggilan untuk tugas belajar ke luar negeri, dengan syarat harus masih bujangan. Tono menerima tugas tersebut dengan berat hati, karena menyadari bahwa Tini tentu akan kecewa.
Sebagai peghibur hati kekasihnya, maka sebelum berangkat Tono memberikan sesuatu bingkisan kecil kepada Tini disertai pesan: “Jangan khawatir, Dik, aku akan segera kembali. Aku akan tetap mencintaimu dan akan tetap setia kepadamu. Engkau pun kuharapkan demikian, aku selalu ada dalam hatimu dan engkau tetap setia kepadaku. Untuk itu, aku tinggalkan untukmu suatu tanda mata sebagai kenang-kenangan. Apabila engkau rindu kepadaku, lihatlah fotoku, lihatlah fotoku ini yang kuberikan kepadamu, dan kenakanlah syal ini pada lehermu sebagai pengganti tanganku. Dan simpanlah surat ini sebagai pengganti diriku. Yang penting percayalah padaku, percayalah bahwa meskipun jauh, aku akan kembali kepadamu, karena aku sungguh cinta padamu”.
Walau dengan berat hati, tini mau percaya pada Tono dan dengan ikhlas hati melepaskan Tono untuk tugas belajar. Tini menerima bingkisan dari Tono itu sebagai tanda mata dan tanda cinta antara mereka berdua, sehingga mereka tetap dapat dekat di hati.
Tiap kali Tini merasa rindu kepada Tono, ia memandang foto kekasihnya dan menggunakan syal di lehernya seperti pesan Tono dulu. Pada saat itu Tini seperti mendengar pesan lagi pesan Tono kepadanya; percayalah kepadaku, aku akan kembali kepadamu, karena aku sangat cinta padamu. Meskipun secara fisik jarak antara mereka itu sangat jauh, namun mereka tetap dekat di hati dan merasa selalu ada ikatan dan hubungan satu sama lain.

Dengan contoh diatas, jelaslah bahwa meskipun jarak berjauhan namun hubungan mereka tetap dekat karena adanya tanda mata atau tanda cinta itu. Tanda mata atau tanda cinta itu sesuatu yang kelihatan (dapat dilihat, dapat diraba) tetapi sekaligus menampakkan sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu cinta kasih dan hubungan pribadi antara mereka. Dengan demikian, tanda mata tersebut menjadi sarana yang menghubungkan dan mempersatukan mereka berdua. Dengan istilah modern dapat dikatakan: menjadi alat komunikasi yang menyebabkan mereka berdua dapat bertemu dan dapat bersatu.
Ada hal lain lagi yang juga jelas dari kisah di atas. Tanda mata dari Tono kepada Tini itu hanya berarti bagi Tini, karena di antara mereka sudah ada hubungan cinta. Tanda mata tersebut mengungkapkan dan menyatakan cinta dan hubungan batin yang sudah ada. Maka, bingkisan dan surat yang ditujukan kepada Tini sungguh berarti bagi Tini – tetapi sangat mungkin tidak ada artinya sama sekali bagi orang lain. Syal itu yang bagi Tini dirasakan sebagai tangan Tono sendiri yang merangkulnya, tetapi bagi teman-teman Tini mungkin tidak lebih dari sehelai kain belaka atau bahkan dianggap hanya sebagai gombal.
Mengapa demikian? Karena Tini dapat melihat arti di balik tanda mata tersebut; karena Tini mencintai Tono dan percaya akan kata-kata Tono, sedangkan teman-temannya tidak. Seandainya Tini tidak percaya akan kata-kata Tono, mungkin ia juga akan menganggap syal itu sebagai gombal saja yang tak ada artinya. Tetapi justru karena Tini percaya dan cinta kepada Tono, tanda mata itu punya arti yang sangat besar dalam hidupnya, yaitu mengingatkan Tini akan Tono dan membuatnya tabah dan tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan hidupnya.

Sakramen tanda cinta Tuhan kepada umat-Nya

Pengertian sakramen itu kurang lebih sama dengan yang dipaparkan di atas. Sakramen yaitu tanda mata atau tanda cinta dari Tuhan kepada manusia. Dengan tanda itu, tuhan mau menyatakan bahwa Ia sungguh mencintai manusia. Sebenarnya, dari banyak hal dalam kehidupan kita, dapat kita ketahui bahwa Tuhan mencintai kita. Dialah sumber segala kehidupan; Dialah sumber segala bakat dan kemampuan kita. Dan meskipun kita berdosa, Tuhan masih mau memberikan pengampunan atas segala dosa kita. Kedatangan Kristus di dunia ini dan wafat-Nya di kayu salib itulah bukti betapa besar cinta kasih Allah kepada kita. Namun, kehadiran dan kasih Tuhan itu tidak kelihatan secara fisik.
Justru oleh karena itu, Tuhan mau menampakkan kehadiran-Nya dalam hidup kita melalui tanda-tanda yang tampak dan kngkret yakni yang kita sebut ‘sakramen’. Setiap sakramen adlah tanda kehadiran Tuhan dan sarana dalam tangan Tuhan untuk menghubungi manusia, agar kita selalu dekat pada-Nya dan merasa dicintai oleh-Nya.
Tetapi, agar kita menyadari dan menangkap bahwa tanda itu adalah tanda cinta Tuhan, kita harus percaya kepada Tuhan. Sebab, orang yang tidak percaya kepada Tuhan akan sulit untuk menangkap bahwa tanda itu adalah tanda cinta Tuhan. Misalnya, bagi orang yang tidak percaya kepada Kristus, upacara pembaptisan, perayaan Ekaristi dan komuni suci itu tidak punya arti apa-apa. Mengapa kita menghormati komuni kudus? Karena kita percaya kepada Kristus. Mengapa kita minta dibaptis? Karena kita mennangkap arti di belakang upacara baptis itu. Dan mengapa kita percaya bahwa perkawinan itu juga suatu sakramen? Karena kita percaya kepada Kristus.

Tanda kehadiran Tuhan dalam Sakramen Perkawinan

Dalam beberapa sakramen, tanda kehadiran Tuhan itu diwujudkan dengan suatu perbuatan (upacara) yang dapat dilihat, didengar, dirasakan; dengan menggunakan barang-barang material (air baptis, minyak suci, roti, anggur, penumpangan tangan, dsb). Nah, sekarang dimanakah kehadiran Tuhan dalam Sakramen Perkawinan?
Dalam Sakramen Perkawinan, tanda kehadiran Tuhan yang mencintai umat-Nya diwujudkan secara khsus yaitu tidak melalui barang mati saja, melainkan melalui manusia sendiri. Intisari upacara Sakramen Perkawinan adalah janji setia (sumpah) yang diucapkan oleh kedua mempelai di hadapan imam dan para saksi. Sekali mereka dipersatukan oleh Allah dengan saling menerimakan Sakramen Perkawinan, Tuhan menetapkan manusia pria untuk menjadi tanda cinta-Nya bagi si wanita, dan Tuhan mengangkat manusia wanita untuk menjadi tanda cinta-Nya bagi si pria. Sama seperti roti dan anggur dalam Ekaristi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menampakkan kehadiran-Nya, demikian pula pria dan wanita, sebagai suami istri menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menampakkan kebaikan-Nya da semakin mendekatkan hidup mereka kepada Tuhan.
Maka, karena iman itu, seorang suami akan memandang istrinya tidak hanya sebagai teman hidup saja, melainkan juga sebagai uluran tangan Tuhan yang mau mengasihi dirinya. Demikian pula karena imannya, seorang istri dapat memandang suaminya sebagai karunia Tuhan yang mau mengangkat hidupnya menuju kebahagiaan sejati. “hai para suami, kasihilah istrimu, sama seperti Kristus telah mengasihi umat-Nya. Hai para istri, kasihilah suamimu, sama seperti umat mengasihi kepada Kristus”. Maka perkawinan bukan hanya perkara sosial, psikologi, biologis, dan ekonomis, tetapi juga soal agama dan kerohanian; bukan hanya perkara manusiawi tetapi juga suatu lembaga keselamatan karena Tuhan sendiri mau terlibat di dalamnya.
Ciri pernikahan kristiani adalah setia seumur hidup. Kongkretnya ini berarti satu dengan satu (monogami) dan tak terceraikan. Jelas ini anugerah Tuhan; tetapi sekaligus juga suatu tuntutan dan tugas (istilah kita: suatu panggilan) yang berat sehingga sering dikatakan terlalu berat dan kurang realistis. Tetapi karena daya sakramen perkawinan, suami istri juga diberi kekuatan dan bantuan rahmat agar dapat melaksanakan segala tugas yang berkaitan dengan status mereka sebagai suami istri dan sebagai orangtua bagi anak-anak mereka.
Tanda dan saluran rahmat Tuhan dalam sakramen perkawinan itu tidak hanya dimaksudkan untuk suami istri yang bersangkutan saja tetapi juga untuk seluruh umat. Kesatuan, kerukunan, kesejolian, kesepasangan, kesetiaan, saling pengertian, dan cinta antara suami dan istri itu juga menjadi tanda kasih setia dan rahmat Allah bagi umat-Nya. Sama seperti Tuhan selalu setia akan janji-Nya dan selalu rela mengampuni dosa-dosa kita, demikian pula suami selalu setia kepada istrinya dan rela mengampuni segala apa yang telah terjadi. Sekaligus kasih setia suami istri menjadi tanda bagi umat yang mengingatkan kita akan kesetiaan dan kasih Allah terhadap kita. Bahkan dalam masyarakat kita setiap keluarga yang rukun dan stabil sudah menjadi suatu pertanda dan panutan bagi lingkungannya. Sebaliknya juga pasangan suami istri membutuhkan umat yang mendukung dan mendampingi agar tetap setia satu sama lain.

Juga bagi seluruh umat

Tanda dan saluran rahmat Tuhan dalam sakramen perkawinan itu tidak hanya dimaksudkan untuk suami istri yang bersangkutan saja, tetapi juga untuk seluruh umat. Kesatuan, kerukunan, kesejolian, kesepasangan, kesetiaan, saling pengertian, dan cinta antara suami dan istri itu juga menjadi tanda kasih setia dan rahmat Allah bagi kita umat-Nya. Sama seperti Tuhan selalu setia akan janji-Nya dan selalu rela mengampuni dosa-dosa kita, demikian pula suami selalu setia kepada istrinya dan rela mengampuni segala apa yang telah terjadi. Sekaligus kasih setia suami istri menjadi tanda bagi umat yang mengingatkan kita akan kesetiaan dan kasih Allah terhadap kita. Bahkan dalam masyarakat kita setiap keluarga yang rukun dan stabil sudah menjadi suatu pratanda dan panutan bagi lingkungannya. Sebaliknya juga pasangan suami istri membutuhkan umat yang mendukung dan mendampingi agar tetap setia satu sama lain.

SELURUH HKDUP DISUCIKAN

Karena hidup suami istri telah disucikan dalam sakramen perkawinan, maka seluruh perbuatan yang bertujuan untuk lebih mengakrabkan dan meningkatkan kehidupan keluarga serta semua pekerjaan yang tampaknya biasa dan sepele ikut diangkat enjadi suci dan luhur. Berkerja mencari nafkah bagi keluarga itu lebih daripada hanya perbuatan ekonomis belaka. Sebab dalam iman juga menampakkan tanggung jawab manusia terhadap anugerah Tuhan dan pelaksanaan perintah Allah: “kuasailah dunia ini dan taklukkanlah”. Mengatur ekonomu rumah tangga secara baik tidak hanya perlu untuk menjaga kesejahteraan keluarga, tetapi juga berarti bertanggungjawab terhadap Tuhan dan memuliakan Allah. Demikian pula, persetubuhan di satu pihak merupakan perbuatan biologis, sebagai penyaluran gairah seksual, tetapi dalam iman kristiani menjadi perbuatan yang suci dan mulia karena mengungkapkan pasrah diri secara menyeluruh antara Kristus dan umat-Nya. (dengan sendirinya jelas bahwa hal yang suci juga perlu dijaga kemurniannya dan tidak disalahgunakan).
Jelaslah kiranya bahwa perkawinan Kristiani sebagai suatu sakramen hanya dapat dihayati dalam iman. Bila iman terhadap Tuhan mulai menghilang, biasanya kerukunan dalam keluarga juga mulai runtuh. Agar kita selalu sadar akan kedudukan kita sebagai pengikut Yesus dan mampu mengatur hidup sesuai dengan semangat dan aspirasi-Nya, kehidupan iman itu perlu terus menerus dipupuk dan dikembangkan dalam keluarga kristiani.

DOA DALAM KELUARGA

Doa adalah laksana makanan rohani sehari-hari: setiap hari kita butuhkan, maka kita beri tempat dan waktu secukupnya dalam kegiatan sepanjang hari. Kita dapat berdoa sendiri-sendiri. Tetapi, berdoa bersama mempunyai suatu daya kekuatan yang lebih di hadapan Tuhan.
Kesempatan untuk berdoa bersama dalam keluarga ada banyak. Pagi hari, sebelum dan sesudah makan, malam hari. Lebih-lebih bila ada anggota keluarga yang sakit, merayakan hari ulang tahun, menghadapi peristiwa yang penting seperti ujian, melamar pekerjaan, perjalanan jauh, operasi dsb. Kesempatan paling baik untuk berdoa bersama biasanya pada malam hari karena seluruh anggota keluarga dapat berkumpul menjadi satu.
Istri mendoakan suaminya supaya Tuhan memberkati kerjaannya serta membimbing dan melindunginya dari segala bahaya di tempat kerja dan di perjalanan, supaya suami selalu setia kepada istri dan anak-anaknya serta menjadi sarana dalam tangan Tuhan untuk membawa berkat. Demikian pula sami mendoakan istrinya agar ia dapat melaksanakan segala tugas-tugasnya sebagai istri dan sebagai ibu dengan baik, sabar dan penuh kasih sayang agar Tuhan melindungi dia terhadap segala bahaya dan godaan, dsb. Orangtua mendoakan anak-anak mereka, agar selalu dilindungi Tuhan dan dapat mencintai Tuhan diatas segala-galanya; agar selalu mencintai ayah-ibu mereka; agar dapat belajar dengan baik dan menjadi orang yang jujur, adil, rajin, dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Demikian pula, anak-anak mendoakan ayah-ibunya supaya Tuhan sudi memberikan iman yang kuat, kesehatan yang baik, panjang umur, rejeki yang cukup, kesabaran dan ketekunan dalam mendidik anak-anaknya; agar ayah ibu saling mencintai, hidup rukun dan setia satu sama lain dan memberikan teladan bagi anak-anak.
Sabda Tuhan “jikalau dua orang di dunia ini sepakat eminta apa pun juga, permintaan itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di surga. Sebab “dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku berada di tengah-tengah mereka (Mat 18:19). Semoga Tuhan selalu berada di tengah-tengah keluarga Anda. (Sumber: Membangun keluarga Kristiani; Drs. T. Gilarso, SJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentas Anda